Geraldnotes. - Belajar Dari Semut - Amsal 6:6-8

Belajar dari Semut

Read Time:5 Minute, 30 Second

Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak: biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen.

(Amsal 6:6-8)

Allah menghendaki agar kita hidup dengan bijak. Termasuk dalam kehidupan kita sehari-hari dan pengelolaan keuangan kita. 

Salah satu kebijaksanaan yang Allah ajarkan adalah agar kita belajar dari semut, seperti yang terdapat dalam Amsal 6:6-8.

Setidaknya saya mendapatkan beberapa pelajaran dari Amsal 6:6-8 yang ingin saya bagikan. Sebagai berikut.

Allah ingin kita tidak malas dan bekerja untuk penghidupan kita. 

Alkitab di berbagai kesempatan, memberikan peringatan terhadap kemalasan.  

Mungkin kita berpikir, karena ini Alkitab, maka yang dimaksudkan adalah kemalasan untuk berdoa, membaca alkitab, atau pergi ke gereja. 

Tetapi, yang dibicarakan dalam Amsal 6:6-8 adalah bukan soal kemalasan spiritualitas, melainkan kemalasan terkait soal jasmani, soal makanan, dan soal keuangan kita.

Allah tahu, dalam kehidupan kita juga membutuhkan makanan. Allah ingin supaya kita bekerja supaya kita dapat memenuhi kebutuhan kita sehari-hari. 

Rasul Paulus menasihatkan kita dalam 1 Tesalonika 3:10, kalau tidak bekerja maka janganlah makan. Prinsip tersebut juga dipakai dalam dunia ketenagakerjaan saat ini “No work, no pay”.  

Dalam bagian yang lain, Allah juga memperingatkan kita kalau kemalasan adalah penyebab kemiskinan. 

Dalam Amsal 10: 4 dikatakan

Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya.

Dalam Amsal 24:30-34 dikatakan :

Aku melalui ladang seorang pemalas dan kebun anggur orang yang tidak berakal budi. Lihatlah, semua itu ditumbuhi onak, tanahnya tertutup dengan jeruju, dan temboknya sudah roboh. Aku memandangnya, aku memperhatikannya, aku melihatnya dan menarik suatu pelajaran. “Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring,” maka datanglah kemiskinan seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata. “

Inilah mengapa Allah menghendaki agar kita bijak, karena kemalasan akan mendatangkan kemiskinan dan kekurangan. Untuk menghindarinya maka yang harus kita lakukan adalah bekerja.

Memiliki motivasi dari dalam diri kita sendiri untuk bekerja

Dalam perumpamaan Amsal 6:7, dikatakan bahwa semut bekerja walaupun “…. tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya..“. Dengan kata lain, semut bekerja bukan karena adanya perintah atau instruksi, melainkan karena adanya dorongan atau motivasi dari dalam setiap semut.

Yang Allah kehendaki bagi kita adalah agar kita memiliki motivasi atau dorongan untuk bekerja yang datangnya dari dalam diri kita sendiri. Kita bekerja bukan karena perintah, tetapi karena diri kita sendiri yang menginginkan untuk bekerja. Dengan kata lain, kita bekerja dengan sepenuh hati.

Sering sekali, yang menjadi dorongan kita dalam bekerja sehari-hari adalah dari luar diri kita, perintah atasan, boss, ataupun dari keluarga seperti orang tua atau pasangan.

Memang, baik bekerja karena diperintah ataupun dari dalam diri kita sendiri, kita tetap bekerja. Tetapi kita semua tahu ketika kita sekedar bekerja karena adanya perintah, ada kemungkinan dari dalam diri kita menolak untuk melakukannya, ataupun kita selalu mengeluh ketika bekerja. Bukan ini yang Allah kehendaki bagi kita.

Ketika ada waktu bekerja, maka kita harus bekerja. Akan datang waktu kita tidak lagi akan bekerja. 

Dalam Amsal 6:8, dikisahkan bahwa semut bekerja pada waktu ‘musim panas’. Musim Panas menggambarkan tentang masa waktu seseorang dapat bekerja dan mendapatkan penghasilan. Karena pada musim panas tanah dapat ditabur oleh benih dan tanaman dapat bertumbuh, oleh karena itu pada musim ini petani dapat bertani/bekerja. 

Alasan lain petani bertani pada musim panas, adalah supaya hasilnya dapat dituai pada musim panen (musim gugur). Yakni tepat sebelum datangnya musim dingin. 

Karena apabila tanaman tidak dapat dituai pada musim gugur, ketika musim dingin datang tanaman tersebut akan mati dan petani tidak akan memperoleh hasil dari yang ditaburnya. Selain itu, pada musim dingin, petani tidak lagi bisa bertani. Dengan kata lain, pada musim dingin petani tidak lagi bisa bekerja.

Jadi, pelajarannya adalah, ketika waktunya bekerja maka kita harus bekerja. Pada waktu menabur maka kita harus menabur. Kita tidak bisa tunda-tunda itu. Semua ada masa dan waktunya (lihat Pengkhotbah 3:2). Jika tidak bekerja pada waktunya bekerja maka kita sendiri yang akan menerima risikonya. 

Miliki Pengelolaan Keuangan dan Miliki persediaan untuk masa-masa sukar

Kita mungkin tidak bertani dan berpikir bahwa dalam zaman modern ini kita bisa bekerja dan memperoleh penghasilan sepanjang tahun.

Hal ini membuat kita juga tergoda untuk mempergunakan semua penghasilan kita sampai habis, terutama untuk keinginan-keinginan kita. Kita tidak menyisihkan sebagian untuk tabungan atau investasi. 

Namun, dalam zaman modern seperti ini tetapi bisa muncul keadaan di mana kita tidak bekerja dan memperoleh penghasilan. Sama seperti datangnya musim dingin setelah musim panas dan musim panen.

Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi pandemi lalu diikuti dengan krisis ekonomi. Keadaan ini memaksa perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawannya, bahkan ada yang secara besar-besaran. 

Di kalangan pengusaha juga harus menghadapi kenyataan tidak dapat memperoleh pemasukan. Tidak sedikit juga yang akhirnya harus menghentikan usahanya.

Oleh karena itu, pelajaran penting dari Amsal 6:6-8 adalah kita harus bijak mengelola keuangan kita.

Ketika kita memiliki penghasilan, kita tidak pergunakan semuanya, tetapi sisihkan sebagian untuk tabungan dan/atau investasi. Tabungan atau investasi ini untuk bisa dipergunakan ketika masa-masa sukar, yaitu masa saat kita tidak bekerja ataupun bekerja tetapi dengan penghasilan yang lebih sedikit. 

Kita tidak pernah tahu kapan masa-masa sukar itu datang. Tetapi sama seperti musim dingin pasti datang setelah musim panas dan musim gugur, begitu juga masa-masa sukar itu pasti datang. 

Kisah Yusuf

Sebagai tambahan. Saya jadi teringat dengan kisah Yusuf di tanah Mesir.

Ketika Mesir akan menghadapi tujuh tahun kelimpahan yang akan diikuti tujuh tahun kelaparan. Allah memberikan kebijaksanaan kepada Yusuf untuk mengatur hasil pertanian Mesir pada masa kelimpahan untuk disimpan sebagian supaya nantinya dapat dipergunakan pada masa kelaparan.

Karena kebijaksanaan yang Allah berikan kepada Yusuf, ketika datang masa kelaparan penduduk Mesir tetap dapat makan dapat terselamatkan. Bahkan keluarga Yusuf yang berada di luar Mesir pun terselamatkan.

Dari kisah ini kita belajar bahwa kita perlu juga kebijaksanaan untuk mengatur keuangan kita. Yaitu ketika kita memperoleh kelimpahan, jangan menggunakan semua penghasilan kita, melainkan kita sisihkan sebagian untuk disimpan. Tujuannya ketika masa sukar datang kita tetap memiliki keuangan untuk dapat memperoleh makanan kita, dan bahkan memberkati sekeliling kita.  

Saya berharap apa yang saya tuliskan ini menjadi pemikiran dan memberikan dampak positif bagi teman-teman.

Salam,
Geraldnotes.

Temui dan Ikuti Media Sosial Kami:

YOUTUBE: @geraldnotes.
INSTAGRAM : @gerald_notes
FACEBOOK : @GeraldNotesXIII
LINKEDIN : @Geraldnotes.

Tulisan tentang Spriritualitas lainnya

Kunjungi, Like, Comment, dan Subscribe Youtube Kami

Artikel kami terkini lainnya

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Game Yang Terinspirasi dari mitologi Nordik/Skandinavia [Geraldnotes. GAMING] Previous post Game yang terinspirasi dari Mitologi Nordik
Grincing | Gaming Glossary | Geraldnotes GAMING. Next post GRINDING | Gaming Glossary