Pelajaran Dari Firman

Apakah Salah Bagi Orang Kristen untuk Menjadi Kaya Secara Finansial?

Read Time:8 Minute, 3 Second

Mungkin ada yang telah mengetahui jawaban dari pertanyaan ini. Tetapi hal ini masih menarik untuk diperbincangkan dan dipelajari dari sudut pandang firman Tuhan, supaya kita orang-orang yang percaya memahami kebenarannya, dan bukan sekedar tahu jawabannya. 

Jika hanya mau mengetahui jawabannya saya akan langsung jawab, “Tidak”, Tidak salah kalau seorang Kristen menjadi kaya secara finansial. Saya mau menekankan disini kekayaan yang dimaksud adalah secara finansial dan material, bukan sekedar secara spiritual.  

Memang, hal ini juga menarik dibahas karena ada pemikiran kalau memiliki materi berlimpah itu memiliki image atau dianggap jelek, atau berdosa. Sebut saja ada peringatan dari Rasul Paulus tentang cinta uang yang merupakan akar dari segala kejahatan, yang mana sering disalah artikan dengan ‘uang sebagai akar segala kejahatan’, padahal tidak. Paulus bukan satu satunya orang yang memberikan nasehat yang sama, Raja Salomo dan Penulis Surat Ibrani juga menasihatkan yang sama. 

Selain itu, Tuhan Yesus sendiri juga beberapa kali memberikan nasehat terkait dengan kekayaan, seperti ia memberikan nasehat ‘apa gunanya seseorang memiliki seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?”, atau dalam kasus ia menasihatkan seorang pemuda yang kaya, ‘untuk menjual seluruh hartanya dan mengikuti Dia’, agar pemuda tersebut memperoleh hidup kekal. Dalam cerita yang terakhir ini Yesus melanjutkan dengan sebuah pernyataan yang terkenal “lebih mudah seekor unta untuk masuk ke dalam lubang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam kerajaan Allah.” Nasehat-nasehat ini sepintas memberikan kesan kalau ‘memiliki kekayaan finansial’ adalah hal yang buruk, dan dapat membawa kita kepada dosa. 

Tetapi, kita perlu juga pertimbangkan, banyak orang-orang yang Tuhan pilih dan pakai yang diceritakan di dalam Alkitab adalah orang-orang yang kaya raya, tidak hanya sekedar kaya. Saya coba sebutkan, Ayub, Abraham, Ishak, Yakub, Yusuf, Daud, Salomo. Kalau dari pertimbangan ini maka kita bisa berpendapat, tidak apa-apa kalau kita menjadi kaya secara finansial?

Dari kedua hal ini, kita bisa melihat, di satu tidak masalah untuk menjadi kaya secara finansial tetapi di sisi lain kenapa ada teguran atau nasehat soal menjadi kaya. Dan oleh karena itu, sangat perlu kita untuk belajar dari firman Tuhan sendiri kebenarannya apakah baik dan benar kalau kita menjadi kaya secara finansial?

Semua adalah tentang mindset kita soal harta atau kekayaan finansial.

Dari apa yang saya pelajari, yang menjadi masalah sebenarnya bukanlah hartanya atau uang. Ya, bahkan Rasul Paulus dan penulis Alkitab lainnya juga tidak pernah berkata kalau Uang itu Jahat. Yang mereka nasihatkan adalah tentang ‘sikap manusia’ yang ‘mencintai uang dan harta kekayaan’. Ini yang berbahaya bagi si manusianya. 

Frasa ‘cinta uang’ sebenarnya bisa disamakan dengan keserakahan. Dengan demikian, adalah sifat manusia yang serakah lah yang menjadi masalah sesungguhnya. Allah hanya berkehendak agar kita tidak serakah bukan tidak ingin agar kita tidak memiliki kelimpahan atau kaya secara finansial.

Pelajaran saya tidak hanya berhenti di situ saja, hingga saya membaca sebuah ayat dalam Amsal 18:11, yang berbunyi sebagai berikut:

Kota yang kuat bagi orang kaya ialah hartanya dan seperti tembok yang tinggi menurut anggapannya.

Mungkin terlihat sederhana, tetapi dari ayat ini saya mempelajari sesuatu hal tentang orang kaya yang tidak baik dari pandangan Alkitab. Sekali lagi ini semua soal si manusianya bukan soal hartanya.

Amsal 18:11 sedang memberikan ilustrasi yang menyamakan kekayaan yang dimiliki oleh orang kaya dengan tembok sebuah kota. 

Jika kita kembali ke jaman dahulu, banyak kota-kota yang dikelilingi oleh sebuah tembok. Tujuan dari dibangunnya tembok tersebut adalah untuk melindungi kota dan seluruh penduduknya dari serangan musuh. Apabila musuh menyerang kota maka penduduknya bisa aman karena tembok tersebut akan melindungi mereka dari setiap serangan. Dengan demikian tembok tersebut menjadi sebuat ‘security’ atau ‘jaminan keamanan’ bagi kota dan juga penduduknya.

Dengan demikian, dengan menyamakan tembok kota dengan kekayaan (bagi si orang kaya), Amsal 18:11 sedang mengajarkan kita bahwa, dalam anggapan orang-orang kaya harta kekayaan mereka adalah sebuah security atau ‘jaminan keamanan’ bagi diri mereka sendiri. Mereka berpikir dengan adanya kekayaan mereka maka mereka bisa melindungi diri mereka dari setiap masalah atau tantangan yang datang kepada mereka. 

Sebenarnya pemikiran inilah yang tidak baik. Dengan berpikir demikian, maka orang-orang ini sedang menaruh kepercayaan mereka atau trust mereka kepada harta kekayaannya, ketimbang kepada TUHAN sendiri. Hal inilah yang menjadi masalah bagi orang-orang kaya. Dan hal inilah yang tidak dikehendaki oleh Allah bagi kita.

Jadi bukan kekayaannya, tetapi mindset mereka soal kekayaannya lah yang menjadi masalah.

Itulah, kenapa Tuhan Yesus juga Rasul Paulus memberikan peringatan kepada orang-orang kaya untuk tidak menaruh kepercayaan (trust) kepada harta kekayaannya melainkan kepada Allah saja.

Saya mau kutip pernyataan-pernyataan mereka.

Yang pertama adalah dari Tuhan Yesus sendiri, dalam Lukas 12:15

Kata-Nya lagi kepada mereka: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.

Bahkan jika kita lanjutkan baca sampai ayat ke 21, Yesus memberikan perumpamaan tentang orang kaya yang bodoh, yang berpikir kekayaannya mampu membiayai sisa hidupnya dengan aman dan bahkan bisa bersenang-senang. Tetapi yang terjadi kemudian ia kehilangan nyawanya. 

Selanjutnya adalah nasehat yang dikatakan oleh Rasul Paulus dalam surat kepada muridnya Timotius dalam 1 Timotius 6:17, dimana ia menyatakan:

Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah  yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati.” 

Kesimpulan

Jadi, saya mau ulangi kembali soal apakah seorang kristen tidak boleh menjadi kaya secara finansial? Saya mau jawab dengan tegas, ‘tidak’. Seorang Kristen boleh menjadi kaya secara finansial. Hal ini sama sekali bukan sebuah dosa atau masalah.

Yang tidak Allah inginkan adalah ketika kita menjadikan harta kekayaan kita sebuah jaminan keamanan kehidupan kita, dan bukan menjadikan Allah sendiri sebagai perlindungan dan keamanan bagi kita. Hal ini juga kita bisa baca dalam 1 Timotius 6:17, khususnya pada bagian terakhir yang berkata ‘..  melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati.” atau bahkan dalam Amsal 18:10  (satu ayat sebelum Amsal 18:11) yang menceritakan bahwa TUHAN  adalah perlindungan kita dalam kehidupan (bukan kekayaan kita):

“Nama TUHAN adalah menara yang kuat, ke sanalah orang benar berlari dan ia menjadi selamat.”

Apakah ini hanya untuk orang-orang yang “SUDAH” memiliki kelimpahan harta saja?

Saya mau berbicara hal ini juga. Perbincangan kita di atas seakan bisa memberikan pemikiran kalau ini hanya untuk orang-orang yang “SUDAH” kaya saja. 

Lalu bagaimana dengan orang-orang yang saat ini belum berkelimpahan harta? Saya berbicara dengan bahasa berkelimpahan, saya mau menghindari adanya perdebatan tentang definisi apa itu kaya. Karena ada juga dari kita yang saat ini, tidak berkelimpahan harta, walaupun sebenarnya kita masih bisa untuk menghidupi diri kita sendiri dari penghasilan kita, kita tidak berkekurangan. Atau bahkan ada yang saat ini belum berkecukupan dan sedang berjuang untuk dapat meningkatkan keadaan keuangannya.

Apakah hal ini tidak menjadi nasehat juga untuk kita?

Bagi saya ini tetap menjadi pelajaran juga bagi kita. Bahkan saat ini saya tidak menganggap diri saya berkelimpahan secara finansial, walaupun saya menganggap penghasilan saya cukup untuk membiayai hidup saya dan keluarga setiap bulannya.

Tetapi yang menjadi pemikiran adalah ini. Semua kita apapun juga keadaan keuangannya saat ini, pasti ada keinginan dalam diri kita untuk menjadi kaya, dalam artian berkelimpahan harta. Dan saya mau menebak, kalau motivasi kenapa kita mau menjadi kaya adalah karena kita mau agar hidup kita menjadi ‘aman’ kan? Mungkin juga jawaban saya salah. Tetapi saya kembalikan kepada masing masing kita. 

Pemikiran atau motivasi kita untuk menjadi kaya, agar kita memiliki kehidupan yang lebih ‘aman’ dan ‘nyaman’, adalah pemikiran yang sebenarnya sama dengan orang-orang kaya yang kita bahas sebelumnya. Dengan demikian secara tidak langsung, kita sedang memiliki mindset bahwa kekayaanlah yang akan melindungi diri kita, atau kita menjadi menaruh kepercayaan (trust) kepada kekayaan, bukan kepada Allah sendiri. 

Dengan demikian, sebenarnya nasehat ini juga berlaku bagi kita yang belum memiliki kelimpahan harta. Karena yang Allah inginkan adalah agar kita hanya berlindung atau menaruh kepercayaan, keamanan kita kepada Allah saja, bukan kepada harta kekayaan, baik yang sekarang kita miliki ataupun yang akan kita miliki di kemudian hari.

Tidak Masalah kalau kita mau bekerja, bahkan bekerja keras untuk penghasilan kita.

Tidak salah juga kalau kita mau bekerja, bahkan bekerja keras, untuk memperoleh penghasilan kita untuk hidup yang kayak. Tidak salah juga kalau kita mau meningkatkan standar kehidupan kita. 

Kita sering berpikir ketika kita mendapatkan lebih, kita mengira kita bisa melakukan lebih atau memperoleh lebih banyak hal-hal yang kita inginkan.  Tetapi, perlu kita pahami adalah, setiap hasil kerja keras kita, itu adalah reward dari Allah (Kolose 3:23-24), dan setiap apapun yang Allah berikan kepada kita, ada tujuannya. 

Bisa jadi, Allah memberikan lebih, supaya kita tidak hanya bisa mencukupi kehidupan kita, tetapi juga untuk memberkati orang lain. Atau Bisa juga, agar kita bisa memiliki tabungan atau investasi di saat ini, supaya di masa mendatang, ketika masa sulit datang, tabungan dan investasi kita bisa dipakai untuk penghidupan kita. Yang terakhir ini, seperti dalam cerita Yusuf ketika menasihatkan Firaun tentang akan datang 7 tahun masa kelimpahan dan diikuti dengan tujuh tahun masa kelaparan atau krisis.

Yang penting adalah, kita memahami apa yang Allah kehendaki dari setiap berkat finansial yang kita terima dari hasil kerja kita. Kita jangan seperti orang kaya yang bodoh, tetapi menjadi pribadi yang bijak, yaitu yang mengenal Allah dan juga menjalani apa yang dikehendaki-Nya.

Semoga catatan saya bisa mencerahkan dan memberkati.

Tuhan Yesus Memberkati.

Temui dan Ikuti Media Sosial Kami:

YOUTUBE: @geraldnotes.
INSTAGRAM : @gerald_notes
FACEBOOK : @GeraldNotesXIII
LINKEDIN : @Geraldnotes.

Tulisan tentang Spriritualitas lainnya

Kunjungi, Like, Comment, dan Subscribe Youtube Kami

Artikel kami terkini lainnya

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Logo Assassin's Creed Previous post Ini Sebenarnya Logo Assassin’s Creed
Dongeng, Legenda, & Kisah Next post Dongeng Dua Orang Saudara dan Seorang Tua Berjanggut Putih | Dongeng Dari Eropa